Sejarah Kesenian Tari Reog Ponorogo

Reog adalah salah satu keseniaan terkenal dari Indonesia yang sampai sekarang masih aktif dan di kenal dari seluruh masyarakat Indonesia bahkan wisatawan mancanegara.

Dimana kesenian reog berasal ?
Jawabanya adalah: Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa timur. Pemerintah kabupaten Ponorogo (kota bumi reog) telah mendaftarkan kesenian tari reog Ponorogo sebagai hak cipta milik Kabupaten Ponorogo. Tercatat dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004 dan diketahui langsung oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, mengingat akan keprihatinan seluruh elemen masyarakat Indonesia akan diakuinya beberapa kesenian asli bangsa Indonesia oleh bangsa lain. Maka betapa pentingnya suatu bangsa akan sebuah kesenian dan budaya sebagai kekayaan yang tak dapat dinilai harganya, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai dan melestarikan kebudayaanya sendiri. Kembali kepada kesenian reog, bagi yang pernah berkunjung kota Ponorogo pasti kita akan disambut dengan suasana kental khas dengan kesenian dari bumi reog ponorogo. Cobalah tengok tugu masuk kota Ponorogo, dekorasi patung reog yang di ikuti Gemblak dan dua sosok penari yang turut tampil dalam pementasan kesenian tari reok Ponorogo siap setia menyambut para pengunjung kota Ponorogo. pementasan reog sendiri sangat kental dengan aura Mistik seperti ritual dan lain sebagainya. Untuk para pemain reog terdiri dari beberapa tokoh diantaranya: Singo Barong, Klono Sewandono, Bujang Ganong, Warok dan, Jathlian.
Dari kesemua tokoh tersebut memiliki riwayat cerita masing-masing dan memiliki versi yang berbeda-beda.

* Sejarah Reog Ponorogo *

Dari beberapa versi yang paling santer dipercayai sebagai asal mula reog Ponorogo adalah kisah pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masaBra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwakekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan “sindiran” kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai“Singa Barong”, raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankanoleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50kg hanya dengan menggunakan giginya. Populernya Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Kertabumimengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannyasecara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer diantara masyarakat, namun jalanceritanya memiliki alur baru dimana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewondono, Dewi Songgolangit, and Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, DewiRagil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan ‘kerasukan’ saat mementaskan tariannya.
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.